Mau dapat uang silakan klik link ini

Selasa, 28 September 2010

Cullasetti Jataka (Jataka 4)

Sumber: http://jathakakatha.org/english/index.php?option=com_content&view=article&id=132:04-cullasetti-jataka-&catid=42:1-50&Itemid=89
Diterjemahkan secara bebas oleh: Upa. Sasanasena Seng Hansen
cullasetti jataka
Pada suatu masa, Brahmadatta sedang memerintah di Benares di Kasi, tempat dimana Bodhisatta dilahirkan dalam sebuah keluarga Bendahara. Dia pun tumbuh dewasa dan dididik menjadi seorang Bendahara, Bendahara Kecil panggilannya. Dia adalah seorang yang pandai dan bijaksana dengan mata yang tajam melihat tanda-pertanda-pertanda. Suatu hari dalam perjalanannya menuju kediaman raja, ia melihat bangkai seekor tikus yang tergeletak di jalan; dan kemudian dia memperhatikan posisi bintang-bintang pada saat itu, ia pun berkata, “Setiap anak muda yang baik dengan kecakapannya, hanya perlu mengambil bangkai tikus itu dan ia akan dapat memulai bisnis dan memiliki seorang istri.”
Kata-katanya terdengar oleh seorang pria muda dari keluarga baik-baik tetapi miskin. Pemuda itu pun berkata kepada dirinya sendiri, “Itu orang yang selalu punya alasan atas apa yang dikatakannya.” Dan karenanya ia mengambil tikus itu yang dijualnya seharga sekeping di sebuah kedai yang memiliki kucing peliharaan.
Dengan uang tersebut dia membeli gula sirup dan mengambil air minum dalam kendi air. Datanglah para pengumpul bunga yang kembali dari hutan, ia memberikan mereka masing-masing sejumlah kecil gula sirup itu dan menyiramkan air kepada mereka. Masing-masing dari mereka memberinya segenggam bunga dan dengan hasil yang dia peroleh hari itu, keesokan harinya ia kembali lagi ke tempat yang sama dan memberikan para pengumpul bunga dengan lebih banyak gula sirup dan sekendi penuh air. Hari itu sebelum para pengumpul bunga pergi, mereka memberinya tanaman berbunga dengan setengah sisanya mereka simpan sendiri dan dengan demikian dalam beberapa saat ia telah memperoleh delapan koin logam.
Kemudian, pada suatu hari turun hujan deras dan berangin, angin bertiup kencang sehingga sejumlah batang, ranting dan dedaunan masuk ke dalam taman peristirahatan raja, dan si tukang kebun tidak mengetahui bagaimana cara membersihkannya. Lalu muncullah pemuda dengan tawaran untuk membersihkan, jika kayu dan dedaunan tersebut menjadi miliknya. Penanggung jawab segera menyetujui tawaran tersebut.Maka murid Bendahara Kecil itu segera memperbaiki tempat bermain anak-anak dan dengan sedikit gula sirup berhasil meminta anak-anak yang ada disana untuk membantu mengumpulkan setiap ranting yang ada dan dia pun menumpuknya di depan pintu masuk menuju taman peristirahatan. Tepat pada saat itu pembuat tembikar kerajaan sedang keluar mencari kayu bakar untuk membuat mangkuk istana, dan melihat tumpukan tersebut. Penjualan kayu ini menghasilkan uang sejumlah enam belas koin, serta lima mangkuk dan peralatan lainnya. Setelah sekarang memiliki dua puluh empat koin, sebuah rencana terlintas dalam benaknya. Dia pergi ke sekitar gerbang kota dengan sebuah guci penuh air dan menyuplai 500 pengumpul rumput yang kehausan.Kata mereka, “Kau sudah melakukan hal yang baik pada kami, teman. Apa yang bisa kami lakukan untuk Anda? ” “Oh, aku akan memberi tahu Anda saat aku membutuhkan bantuan Anda,” kata dia pergi. Demikianlah dia berhasil mengambil kepercayaan pedagang darat dan pedagang lautan. Kata salah seorang kepadanya, “Besok akan datang ke kota penjual kuda dengan 500 kuda untuk dijual.” Mendengar kabar ini, ia mengatakan pada para pengumpul rumput, “Aku ingin hari ini kalian semua memberi saya seikat rumput dan tidak menjual rumput Anda sendiri sampai rumput saya habis terjual.” “Tentu saja,” kata mereka dan mengirimkan 500 ikat rumput ke rumahnya. Karena tidak mendapatkan rumput untuk kuda-kuda di tempat lain, si penjual kuda pun membeli rumput pemuda tersebut seharga seribu keping.
Hanya beberapa hari kemudian, teman pelautnya membawa berita tentang kedatangan kapal besar di pelabuhan dan rencana lain melintas dalam benaknya. Dia menyewa sebanyak delapan keping sebuah kereta yang bisa disewa per jam, dan pergi menuju pelabuhan. Setelah membeli kapal secara kredit dengan memberikan cincin-cap nya sebagai jaminan, dia sekarang memiliki sebuah kapal kokoh dan berkata pada orang-orang, “Pedagang mana pun yang ingin kuantarkan, masuklah tiga-tiga kedalam kapalku.” Mendengar bahwa sebuah kapal dagang telah tiba di pelabuhan, sekitar seratus pedagang datang untuk membeli kargo, namun mereka diberitahu bahwa mereka tidak bisa membeli barang di pelabuhan karena seorang pedagang besar sudah melakukan pembayaran sebelumnya. Jadi mereka semua pergi ke pemuda tadi dan tiga berturut-turut diantarkan, seperti yang telah diatur sebelumnya. Setiap orang dari seratus pedagang tersebut secara bergiliran memberinya seribu keping untuk membeli barang di kapal dan kemudian seribu lagi masing-masing untuk diantarkan kembali ke pelabuhan. Begitulah murid Bendahara Kecil ini kembali ke Benares dengan uang 200.000 keping digenggamannya.
Digerakkan oleh keinginan untuk menunjukkan rasa terima kasihnya, ia pergi dengan seratus ribu keping untuk Bendahara Kecil.”Bagaimana kau bisa datang dengan semua kekayaan ini?” tanya Bendahara. “Dalam waktu empat bulan yang singkat, hanya dengan mengikuti saran Anda,” jawab laki-laki muda dan ia pun menceritakan seluruh kisah, dimulai dari bangkai tikus. Pikir Majikan Bendahara Kecil ini ketika mendengar semua ini, “Aku harus memastikan agar pemuda cerdik ini tidak jatuh ke tangan orang lain.” Jadi dia menikahkan pemuda itu dengan putri gadisnya.Dan pada saat Bendahara Kecil meninggal, ia pun menjadi Bendahara di kota.Sedangkan Bodhisatta meninggal dan terlahir kembali sesuai dengan jasa-jasa kebajikannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar